Artikel Traktat London, Traktat Siak, dan Traktat Sumatera, Sejarah dan Dampaknya terhadap Nusantara
Traktat London, Traktat Siak, dan
Traktat Sumatera, Sejarah dan Dampaknya terhadap Nusantara
Indonesia, yang pada masa lalu
merupakan wilayah yang terdiri dari berbagai kerajaan dan kesultanan, mengalami
banyak interaksi dengan negara-negara asing. Di antara interaksi tersebut,
beberapa traktat atau perjanjian penting terjadi pada abad ke-19, yang tidak
hanya mempengaruhi hubungan internasional tetapi juga membentuk sejarah
politik, ekonomi, dan sosial di wilayah Nusantara. Tiga traktat utama yang
memainkan peran signifikan dalam sejarah Indonesia adalah Traktat
London (1824), Traktat Siak (1858), dan Traktat
Sumatera (1871). Masing-masing perjanjian ini memiliki dampak besar
terhadap kekuasaan kolonial di Nusantara.
1. Traktat London
(1824): Pembagian Wilayah antara Inggris dan Belanda
Traktat London, yang ditandatangani pada tanggal 17 Maret 1824, merupakan
perjanjian penting antara Kerajaan Inggris dan Kerajaan
Belanda yang membagi wilayah pengaruh masing-masing di Asia Tenggara,
khususnya di wilayah Nusantara. Sebelumnya, Belanda dan Inggris terlibat dalam
beberapa konflik untuk menguasai wilayah-wilayah strategis, seperti Selat
Malaka dan Sumatera.
Isi Traktat London
Traktat ini membagi wilayah antara
kedua kekuatan kolonial tersebut dengan tujuan untuk menghindari pertentangan
lebih lanjut. Salah satu ketentuan penting dalam traktat ini adalah pembagian
wilayah sebagai berikut:
- Inggris mendapatkan Pulau
Bencoolen (sekarang bagian dari Indonesia) dan wilayah di Malaya (sekarang
Malaysia).
- Belanda mendapatkan
kendali atas Sumatera, kecuali wilayah yang sudah dikuasai
Inggris, seperti di sekitar Aceh.
Selain itu, Inggris juga
menyerahkan kontrol atas Singapura kepada Belanda setelah
sebelumnya menguasainya, sementara Belanda memberikan kendali
atas Pulau Borneo (terutama bagian Kalimantan) kepada Inggris.
Dampak Traktat London
Traktat ini mempengaruhi dinamika
politik di Nusantara dengan menciptakan batas-batas pengaruh antara kekuatan
kolonial. Hal ini menyebabkan Indonesia terbelah antara wilayah yang dikuasai
oleh Belanda dan wilayah yang dikuasai oleh Inggris. Inggris lebih
mendominasi wilayah Malaysia, Singapura, dan sebagian besar kawasan di sekitar
Selat Malaka, sementara Belanda menguasai pulau-pulau besar
lainnya, termasuk Sumatera, Jawa, Bali, dan sebagian Kalimantan.
Perjanjian ini memberikan keuntungan
bagi Belanda karena memperkuat dominasi mereka di wilayah Indonesia, tetapi
juga mengatur pembagian yang lebih jelas antara kedua pihak, sehingga
mengurangi konflik antara Inggris dan Belanda di wilayah tersebut.
2. Traktat Siak
(1858): Penyerahan Kekuasaan Kerajaan Siak kepada Belanda
Traktat Siak adalah perjanjian yang terjadi pada 1858 antara Kesultanan
Siak dan Belanda. Siak, yang terletak di pesisir timur
Sumatera, adalah salah satu kesultanan yang kuat pada abad ke-19. Namun,
setelah serangkaian pertempuran dan tekanan dari Belanda, Kesultanan Siak harus
menyerahkan sebagian besar kekuasaannya kepada kolonial Belanda.
Isi Traktat Siak
Pada tahun 1858, Sultan Siak Sultan
Ibrahim menandatangani perjanjian dengan pihak Belanda. Dalam traktat
ini, Belanda mendapatkan hak untuk mengontrol perdagangan dan pelabuhan di
wilayah Siak, yang menjadi sangat penting bagi akses perdagangan internasional
dan komoditas seperti rempah-rempah dan minyak bumi. Sebagai bagian dari
perjanjian ini, Belanda juga mendapatkan hak untuk mengatur
kebijakan dalam pemerintahan Siak dan menempatkan perwakilannya di wilayah
tersebut.
Dampak Traktat Siak
Dengan ditandatanganinya perjanjian
ini, Belanda memperoleh kontrol yang lebih besar atas wilayah Sumatera bagian
timur. Siak, yang sebelumnya menjadi kesultanan yang relatif
merdeka, kini berada di bawah pengaruh kuat Belanda. Traktat ini menunjukkan langkah
lanjutan kolonialisasi Belanda yang menyebar ke seluruh pulau Sumatera. Kontrol
Belanda atas Siak membuka jalan bagi penaklukan wilayah Sumatera lainnya dan
memperkuat kedudukan mereka sebagai kekuatan kolonial di Indonesia.
3. Traktat Sumatera
(1871): Pembagian Wilayah dengan Inggris
Traktat Sumatera, yang ditandatangani pada 1871 antara Inggris dan Belanda,
merupakan kelanjutan dari Traktat London (1824). Perjanjian ini secara khusus
membahas pengaturan wilayah di pulau Sumatera yang belum sepenuhnya dikuasai
Belanda.
Isi Traktat Sumatera
Traktat ini melibatkan Belanda dan Inggris yang
sepakat untuk memperjelas batas pengaruh di pulau Sumatera. Dalam perjanjian
ini, Belanda mendapatkan kendali penuh atas Selat Malaka dan
bagian utara Sumatera, sementara Inggris diberi hak untuk memperluas
pengaruhnya ke wilayah Aceh dan daerah di sekitar Selat
Sunda.
Dampak Traktat
Sumatera
Traktat Sumatera memberikan Belanda
kekuasaan yang lebih besar di wilayah Sumatera. Ini juga semakin
memperjelas pembagian wilayah antara Inggris dan Belanda di kawasan Asia
Tenggara. Meskipun terdapat beberapa wilayah yang masih memiliki
perlawanan, perjanjian ini mempercepat proses kolonialisasi Belanda atas
seluruh wilayah Indonesia.
Kesimpulan
Traktat London (1824), Traktat Siak
(1858), dan Traktat Sumatera (1871) merupakan bagian dari proses panjang
kolonialisasi yang dilakukan oleh Belanda dan Inggris di
kawasan Asia Tenggara, khususnya di Nusantara. Masing-masing
traktat ini memainkan peran dalam pembentukan batas wilayah pengaruh kedua
negara besar kolonial, yang pada akhirnya mengarah pada integrasi Indonesia ke
dalam kerajaan kolonial Belanda. Walaupun perjanjian-perjanjian ini tampaknya
hanya mempengaruhi politik kekuasaan, namun dampaknya terasa dalam kehidupan
sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat Nusantara yang harus hidup di bawah
kekuasaan kolonial.
Katadata.co.id. (2024). Latar
Belakang, Tokoh, dan Penyebab Perang Aceh. Diakses dari katadata.co.id
Sejarah Perjanjian dan Kolonialisme.
(2024). Traktat London, Traktat Siak, dan Traktat Sumatera. Diakses dari
sejarahkebudayaan.id
Nasional Kompas. (2024). Penyebab
dan Latar Belakang Perang Aceh: Dampak Traktat pada Wilayah Aceh dan Sumatera.
Diakses dari kompas.com
Sejarah
Indonesia. (2024). Kolonialisme Belanda dan Pengaruhnya terhadap
Kerajaan-kerajaan di Sumatera. Diakses dari sejarahindonesia.id
Nama : Stephen Vincent
NIM : 202301057
Prodi Akuntansi Kelas Eksklusif
gelapnye.... ah ah ah
BalasHapus